Pemerintah Wajibkan Campuran Etanol pada BBM, Muncul Pro-Kontra di Masyarakat
Bangkit Pos - Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan kebijakan baru yang mewajibkan penggunaan etanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan ini digadang-gadang sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM sekaligus memperluas penggunaan energi ramah lingkungan.
Menteri ESDM menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi etanol dari tebu dan singkong. Pemanfaatan sumber energi nabati ini dinilai dapat memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus menekan emisi gas rumah kaca.
“Dengan etanol, kita bisa mengoptimalkan potensi energi dalam negeri. Bukan hanya mengurangi impor, tapi juga mendorong transisi menuju energi yang lebih bersih,” jelas Menteri ESDM.
Menurut pemerintah, pencampuran etanol dengan BBM akan berdampak positif pada lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi sektor pertanian. Pasalnya, bahan baku etanol dapat diproduksi dari hasil bumi lokal. Selain itu, tren global juga mendorong penggunaan biofuel sebagai bagian dari komitmen menuju energi berkelanjutan.
Namun, wacana ini tak lepas dari pro dan kontra. Kalangan praktisi otomotif menilai kebijakan tersebut masih menyisakan banyak tantangan, terutama terkait kompatibilitas kendaraan lama dengan bahan bakar berbasis etanol.
Salah satu kritik datang dari Fitra Eri, reviewer otomotif sekaligus YouTuber yang kerap melakukan uji coba bahan bakar di lapangan.
“Masalah utama etanol adalah sifatnya yang mudah menyerap air. Jika tercampur, bisa menyebabkan tangki berkarat dan sistem bahan bakar lebih cepat rusak. Kendaraan lama yang tidak didesain untuk etanol jelas berisiko. Selain itu, konsumsi BBM juga bisa lebih boros,” kata Fitra Eri.
Ia juga menyinggung hasil eksperimen penggunaan pertalite yang dicampur etanol. Secara teknis, kendaraan memang tetap bisa berjalan normal. Namun, dalam uji lapangan, performa mesin terasa berbeda dan jarak tempuh menjadi lebih pendek. Hal inilah yang menimbulkan kekhawatiran pengguna kendaraan di Indonesia, yang mayoritas masih memakai mesin generasi lama.
Pemerintah sendiri mengklaim tengah menyiapkan standar teknis agar campuran etanol bisa digunakan dengan aman di berbagai jenis kendaraan. Namun, banyak pihak menilai sosialisasi dan uji coba skala besar masih perlu dilakukan sebelum kebijakan ini benar-benar diterapkan secara nasional.
Kini, perdebatan masih berlangsung. Di satu sisi, campuran etanol dipandang sebagai solusi strategis untuk energi berkelanjutan. Di sisi lain, muncul kekhawatiran soal dampaknya terhadap kendaraan dan biaya operasional masyarakat.
Daftar Isi [Tutup]
0 Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih atas komentar anda. Yuk bagikan informasi ini kepada teman anda!