Dorong Literasi Digital, Wakil Ketua DPRD Surabaya Ajak Pemuda Jadi Agen Kebenaran
Bangkit Pos - Surabaya, – Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni, menekankan pentingnya literasi digital sebagai benteng masyarakat dalam menghadapi banjir informasi di era media sosial. Pesan ini ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam kuliah tamu di Universitas Bhayangkara (UBHARA) Surabaya, baru-baru ini.
Menurut Fathoni, perkembangan teknologi digital membawa dampak positif sekaligus ancaman. Ruang publik kini banyak digerakkan melalui dunia maya, termasuk dalam membentuk opini dan aksi massa. Namun, tidak sedikit gerakan yang dipicu oleh informasi bohong atau manipulatif.
“Fenomena demo saat ini tidak lepas dari pengaruh tagar-tagar di media sosial. Masalahnya, tagar itu seringkali bermuatan hoaks. Kalau masyarakat tidak punya kemampuan menyaring, maka akan mudah terprovokasi,” ujarnya.
Ia menilai, Pemerintah Kota Surabaya bersama DPRD perlu memperkuat kembali program literasi digital yang sebelumnya pernah dijalankan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan. Program itu dianggap strategis untuk membangun kesadaran masyarakat agar lebih kritis dalam menerima dan membagikan informasi.
“Literasi digital bukan lagi sekadar wacana, tapi kebutuhan mendesak. Kalau warga Surabaya paham bagaimana mengenali informasi benar dan salah, maka ruang digital kita akan lebih sehat,” tegasnya.
Fathoni juga menekankan peran pemuda sebagai garda terdepan. Menurutnya, komunitas seperti Karang Taruna dan Pemuda Tangguh bisa dilibatkan dalam gerakan literasi digital secara berkelanjutan.
“Generasi muda harus menjadi agent of truth, agen kebenaran. Jangan hanya ikut-ikutan tren media sosial tanpa memahami isi pesannya. Kalau pemudanya kuat literasi, masyarakat tidak akan mudah diadu domba,” jelasnya.
Selain penguatan SDM, ia juga mengusulkan pembangunan infrastruktur literasi berupa perpustakaan ramah keluarga di kawasan timur Surabaya. Fasilitas itu dirancang untuk menjadi pusat belajar yang nyaman dan menyenangkan, bahkan menyatu dengan alam.
“Perpustakaan tidak boleh kaku dan membosankan. Kalau dibuat ramah keluarga, anak-anak bisa tumbuh dekat dengan buku sejak dini, orang tua pun betah menemani. Dari sini, budaya literasi bisa tumbuh alami,” tambahnya.
Fathoni menegaskan, literasi digital adalah investasi jangka panjang bagi sebuah kota. Bukan hanya untuk kebutuhan sosial, tetapi juga bernilai religius.
“Melawan hoaks itu bagian dari ajaran agama. Kita dilarang menyebarkan berita bohong. Jadi literasi digital bukan hanya kebutuhan zaman, tapi juga perintah moral dan spiritual,” tegasnya.
Ia menutup dengan mengingatkan peran pemuda sesuai gagasan Antonio Gramsci tentang intelektual organik, yakni generasi muda yang berperan sebagai motor perubahan. “Kalau pemuda Surabaya siap jadi agen pembaharu, saya optimistis kota ini akan semakin kuat menghadapi disrupsi digital,” pungkasnya.
Daftar Isi [Tutup]
0 Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih atas komentar anda. Yuk bagikan informasi ini kepada teman anda!